Thursday, April 17, 2008

FENOMENA ALIRAN SESAT DI INDONESIA
Oleh : Agus Handoko, S.Th.I


Pendahuluan

Indonesia telah menetapkan 5 Agama : Islam, Budha, Hindu, Katolik dan Protestan, kemudian ditambah satu keyakinan pada masa Pemerintahan Gus Dur yaitu Konghucu. Keenam Agama tersebut diperbolehkan berkembang di bumi Indonesia dengan aturan yang telah termaktub dalam undang-undang. Sehingga tidak ada alasan bagi pemeluknya untuk mengganggu dan merusak ajaran agama orang lain.
Islam sebagai agama terbesar di dunia dan di Indonesia khususnya, memiliki ajaran yang sudah Qath’i kepada pemeluknya, mulai dari rukun Iman (Iman kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Kiamat, Qadho’ dan Qadar), kemudian rukun Islam (Syahadatain, Shalat, Puasa, Zakat dan Haji). Dalam menjalankan ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah, umat Islam dituntun dalam bingkai al-Qur’an dan as-Sunnah. Ketika ajaran Islam tidak dipahami secara paripurna (kaffah) maka muncullah berbagai penafsiran yang keliru sehingga timbullah pengakuan terhadap diri atau kelompoknya paling benar dan yang lain salah, lebih extrim lagi ketika seseorang sudah merasa menguasai seluruh ajaran Islam kemudian mengaku dirinya sebagai utusan Tuhan (Nabi/Rasul). Dimulai dari sinilah salahsatu gejala timbulnya kelompok aliran sesat yang menyimpang dari kaedah agama. Terlebih lagi aliran sempalan tersebut dapat kedudukan di hati sebagian masyarakat kita, apa sebenarnya fenomena yang terjadi ditengah-tengah masyarakat kita, sehingga mudah sekali mengaku sebagai Nabi dan sebagian umat Islam juga terpengaruh terhadap ajarannya?

Fakta Sejarah
Aliran-aliran sempalan yang terjadi dalam tubuh Islam sudah ada sejak masa Rasulullah Saw sampai saat sekarang, dari yang mengaku sebagai penyelamat akhir zaman sampai dengan Nabi/Rasul yang diutus oleh Allah Swt. Mereka diantaranya adalah : Musailamah al Kadzdzab, muncul di zaman Rasulullah Saw, bertempat di Yamamah. Dia tewas di tangan Khalid bin Walid saat diperangi di zaman khalifah Abu Bakar. Tulaihah al Asadi muncul di zaman Rasulullah Saw dari kabilah Bani Asad, kemudian dia bertaubat. Nama lain yang masuk dalam daftar nabi palsu adalah Harith bin Saad yang mendakwa menjadi nabi di masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Bani Umaiyah. Isa Al-Asfahan muncul dengan klaim sebagai nabi di masa Khalifah al Mansur dari Bani Abbasiah. Faris bin Yahya mendakwa dirinya menjadi nabi di masa pemerintahan Khalifah Al Muktaz di Mesir. Faris mengaku sebagai Nabi Isa dan mendakwa dapat menyembuhkan berbagai penyakit diantaranya orang buta, penyakit kusta, dan menghidupkan orang mati. Ishak al Akhras mengaku sebagai nabi di Asfahan Iran. Dia pandai membaca kitab Taurat, Injil, dan pandai menafsirkan al Quran sesuka hatinya[1]. Kemudian yang terkenal kelompok Ahmadiyah Qodiyan yang dipimpin oleh Mirza Gulam Ahmad dari India dan masih banyak lagi nama lainnya. Sedangkan yang terjadi di Indonesia mereka adalah : di Bandung ada al Quran Suci dan penganut Tatatan Persatuan Quran, di Sumedang ada kelompok penyembah matahari, di Kuningan ada ajaran Finalillah, di Madiun ada wanita Rusmiyati yang mengaku diwisuda Tuhan sebagai Ratu Adil dan panglima perang melawan iblis, di Jakarta ada Lia Aminuddin (seorang perangkai bunga), dan di Sulawesi Tengah ada Zikrullah bin Ali Tatang yang menobatkan diri sebagai nabi baru[2]. Dari persebaran aliran-aliran tersebut, baru-baru ini muncul aliran al Qiyadah al Islamiyah yang dipimpin oleh H Abdus Salam alias Ahmad Moshaddeq (seorang pensiunan PNS di Bid.Olahraga Pemda DKI) yang mengklaim berpengikut puluhan ribu orang, dan diantara ajarannya adalah : Pertama, Moshaddeq mengaku sebagai nabi penyempurna. Kedua, kelompok al Qiyadah mengakui al Quran sebagai kitab suci, tetapi di saat yang sama mereka mengingkari sunnah Muhammad Saw. Secara memprihatinkan mereka menafsirkan (dalam bahasa Moshaddeq: mentakwilkan) ayat-ayat al Quran. Ketiga, aliran ini juga mengajarkan syahadat baru, yaitu: Asyhadu an-laa ilaaha illa Allah, wa asyhadu anna al Masih al Mau’ud Rasulullah (Saya bersaksi tiada ilah selain Allah, dan saya bersaksi bahwa [al Masih al Mau’ud alias Ahmad Moshaddeq] adalah Rasul Allah). Keempat, tidak mewajibkan shalat, puasa, zakat, dan haji. Perihal ini, Moshaddeq menyamakan kondisi abad ini dengan kondisi perkembangan Islam awal di Makkah sebelum Muhammad hijrah. Sehingga, menurut dia, sebelum hijrah dan sebelum terbentuk Khilafah Islamiyah, semua perintah tersebut belum wajib ditunaikan.
Pandangan al Qur’an
Allah Swt. telah memberikan rambu-rambu kepada hamba Nya dalam memahami ayat-ayat Qauliyah Nya, sehingga tidak terjadi salah penafsiran yang menyesatkan. Ketika Allah Swt. telah melengkapi ajaran Islam yang dibawa oleh Rasul Nya Muhammad bin Abdullah, maka tidak ada lagi ajaran baru yang dibawa oleh manusia setelah Muhammad Saw, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Maidah : 3 :
Pada hari ini (haji wada’ yang dilakukan oleh Muhammad Saw), orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS.5:3)

Kemudian tidak ada lagi Rasul/Nabi yang diutus oleh Allah Swt. setelah Muhammad Saw. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Ahzab : 40:
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.(QS.33:40)

Yang lebih terpenting bagi umat Islam ketika mendapatkan pengetahuan ajaran yang mengatasnamakan Islam dari seseorang yang kapabelitasnya diragukan sebagai seorang ulama yang faqih maka dianjurkan untuk tabayyun dan jangan langsung mengikuti terhadap ajaran yang disampaikannya itu, sehingga tidak terpelosok kepada taklid buta. Karena segala Pengetahuan yang didapatkan akan dimintai pertanggungjawabannya, sebagaimana firman Allah dalam surat al Israa’:36 :
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.(QS.17:36)

Pendapat Penulis
Fenomena munculnya aliran-aliran sesat/sempalan dalam Islam khususnya di Indonesia disebabkan beberapa faktor diantara lain adalah :
1. Sebagian masyarakat Islam Indonesia lebih mudah menerima dan mengikuti tanpa mempelajarinya secara cermat ajaran-ajaran yang datang dari orang yang mengaku sebagai penyelamat akhir zaman atau nabi sekalipun. Sehingga mudah dan cepat sekali muncul dan berkembangnya aliran-aliran yang sesat dengan mendompleng nama Islam.
2. Seseorang yang mengaku dirinya sebagai Penyelamat akhir zaman atau Nabi disebabkan: Pertama, dia terperdaya oleh tipuan jin/syaithan yang membawa dia kepada tingkat pengalaman ruhaninya sangat luar biasa yang tidak terjadi oleh orang lain diluar dirinya seperti kasus Lia Aminuddin yang mengaku dirinya sudah pernah melihat surga dan neraka kemudian pernah pergi ke inti matahari atau seorang tokoh di India Mirza Gulam Ahmad dengan memiliki kelebihan mendapat risalah kenabian langsung dari Sang Khalik. Kedua, mereka memiliki gangguan kejiwaan disebabkan pengalaman hidupnya yang pahit dan selalu berhayal diluar nalar manusia. Ketiga, dia memiliki motivasi mencari keuntungan dari ketenarannya yang melakukan suatu perbuatan diluar kebiasaan manusia pada umumnya.Keempat, Permainan para elit di negeri Indonesia yang tidak senang dengan ketentraman demi tercapai sesuatu yang diinginkannya, khususnya soal SARA.
3. Antara Pemerintah melalui Lembaga PAKEM (Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat) dan Ulama serta para muballigh di Indonesia kurangnya bersatu memperhatikan masyarakat bawah, khususnya dalam soal kehidupannya. Sehingga ketika datang aliran baru yang dapat mensejahterakan kehidupannya, mereka langsung menerima tanpa berfikir dampak negatifnya.
4. Mudah terprovokasinya sebagian masyarakat Islam di Indonesia dalam menghadapi munculnya aliran-aliran sesat dengan berbuat anarkis, yang menyebabkan timbulnya rasa kecewa terhadap Islam itu sendiri dari para pengikut aliran tersebut, sehingga bukannya mereka sadar melainkan bertambah keyakinan mereka terhadap ajaran tersebut. Padahal ajaran Islam yang sesungguhnya, ketika menghadapi orang-orang yang tersesat dari ajaran Islam yaitu dengan menyeru mereka dengan hikmah, memberikan suri tauladan yang baik, dan membantah mereka dengan cara yang baik. Tiga Prinsip ini termaktub dalam surat an-Nahl,16: 125.

No comments: